Pemilu 2024
telah usai dihelat. Pro-kontra pun timbul menghangatkan jagad maya hingga
tempat-tempat publik.
Masing-masing
berupaya keras memenangkan pertarungan alam pikiran masyarakat (psywar),
baik dengan memperkuat legitimasi maupun melemahkan integritas lawan. Tujuannya
untuk mengakumulasi dukungan public.
Melihat
dinamika dan situasi pasca Pemilu 2024 yang kian menghangat, bagaimana Gen Z
harus bersikap? Apakah penting bagi Gen Z untuk ikut mengikuti dinamika politik
nasional hari ini? Apa sikap yang tepat kita lakukan?
Menurut saya, ada beberapa sikap baik yang bisa dilakukan Gen Z dalam menghadapi dinamika politik 2024. Antara lain sebagai berikut:
Bersikap Kritis Terhadap Informasi di Media Sosial (Medsos)
Medsos menjadi media efektif sekaligus murah bagi pihak-pihak tertentu menggalang opini publik. Terkadang saking mudahnya menggunakan medsos, informasi yang disampaikan tidak selalu benar. Bahkan ada yang sengaja menyesatkan.
Tiap detik, medsos kita dibanjiri oleh informasi-informasi yang sangat rawan sekali mengandung konten hoax. Banyak ditemukan ribuan akun bodong yang diorganisir untuk menyuarakan hal tertentu.
Sebagai Gen Z yang sehari-hari akrab dengan Medsos, tentu cukup sulit menghindari serangan informasi yang bertubi-tubi tersebut. Padahal ada peribahasa terkenal bahwa “kebohongan yang diulang-ulang akan menjadi kebenaran”. Maka, jangan sampai kita tercuci otak (brainwash) oleh konten-konten dan informasi yang menyesatkan.
Guna melindungi diri dari kegaduhan politik di Medsos, kita harus bersikap kritis pada konten Medsos. Periksalah kabar-kabar yang beredar dari akun resmi Lembaga atau pernyataan personal yang bersangkutan.
Periksa pula secara kritis ide, motif, dan gagasan pihak-pihak tertentu, apakah masuk akal atau tidak? Apakah membawa kemaslahatan atau tidak? Tujuannya agar kita tak mudah disesatkan untuk kepentingan politik yang tidak berdampak positif pada masa depan bangsa.
Menyikapi Kemenangan dan Kekalahan secara Rasional
Cukup ramai beredar di media sosial ada bapak dan anak berkelahi, suami istri cekcok, mertua mengusir menantu, hingga warga ramai-ramai mengusir satu keluarga penduduknya hanya gara-gara beda pilihan. Tentu ini tidak bijak.
Sebagai Gen Z, kita harus memberi teladan baik dengan menyikapi perbedaan pilihan, menerima kalah atau menangnya idola yang didukung dengan cara-cara yang dewasa.
Bagi yang kalah tidak boleh putus asa. Bagi yang menang tidak boleh jumawa. Ketahuilah bahwa semua itu tidak berdampak langsung pada kehidupan kita sehari-hari. Baik pendukung yang menang atau yang kalah, kita sama-sama harus tetap bekerja, belajar, dan berjuang agar dapat hidup layak pasca pemilu 2024.
Sebagai anak muda, mari kita tunjukkan bahwa Pemilu hanya sementara sedangkan persahabatan adalah selamanya. Kita harus kembali pada negara yang rukun satu sama lain.
Mengkawal Pemilu dengan Integritas dan Cara Bijak
Alih-alih mengalihkan kemarahan pada keluarga, anak, istri, atau tetangga, lebih baik sampaikan ketidakpuasan atau temuan praktik kecurangan pada pihak-pihak yang berwenang. Gunakan mekanisme organisasi dan konstitusi yang berlaku.
Sebagai Gen Z, kita tak boleh apatis terhadap politik. Kita memang tidak boleh diam, bersikap permissive terhadap praktik-praktik kecurangan. Sebab ini akan memperburuk kualitas demokrasi bangsa ke depan. Jika demokrasi rusak, negara akan menuju keburukan.
So, jangan takut untuk menyuarakan Pemilu bersih. Lakukan dengan cara yang bijak dan legal. Dorong segala pihak untuk memperbaiki Pemilu 2024 ini dengan cara yang konstitusional.
Menciptakan Keteduhan di Masyarakat
Selain bersikap kritis dan berani menyuarakan pendapat, Gen Z juga harus menciptakan keteduhan di masyarakat, menciptakan kondusifitas supaya tidak memicu konflik.
Caranya mudah, cukup dengan memanfaatkan social media untuk menyuarakan ajakan-ajakan positif untuk mendinginkan jagad maya. Kita suarakan hal-hal yang lebih penting untuk kehidupan bangsa ke depan. Kita suarakan bahwa kekompakan, kerukunan dan kerjasama antar semua pihak bangsa sangat penting untuk mencapai Indonesia emas 2045.
Kreatifitas Gen Z dalam membuat konten-konten digital cukup efektif guna menarik perhatian netizen, mendorong segala pihak untuk turut menjaga kondusifitas di tengah masyarakat.
Tak hanya di ruang digital, Gen Z juga dapat menjadi pelopor dalam menciptakan keteduhan di lingkungannya masing-masing. Baik itu di tempat kerja, instansi pendidikan, maupun di rumah dan kampung halamannya.
Tapi perlu diingat bahwa, menciptakan keteduhan pasca Pemilu 2024 bukan semata tugas Gen Z. Menciptakan kondusifitas di masyarakat juga menjadi tugas negara. Caranya dengan mendengar dan memproses keluhan dan protes-protes masyarakat. Jadi tanggung jawab untuk menciptakan keteduhan bangsa tidak boleh berat sebelah. So, mari wujudkan itu bersama-sama.
Menjadi Politisi Masa Depan yang Lebih Baik
Poin lima ini sangat penting, terutama bagi kamu yang ingin terjun di karir politik.
Pemilu 2024 memberikan banyak sekali pelajaran yang dapat mematangkan demokrasi Indonesia ke depan. Terlebih Gen Z yang kelak memimpin bangsa ini dalam segala sektor. Jadi, sudah selayaknya kita belajar menjadi pelopor demokrasi Indonesia dari Pemilu 2024.
Apa hikmah yang dapat kita ambil?
Bagi kamu yang punya privilege, seperti anak tokoh politik, maka gunakan dan manfaatkan dengan maksimal “keberuntunganmu” sebagai anak tokoh. Mengapa, sebab kamu akan lebih berpeluang besar memenangi kontestasi Pemilu.
Buktinya sangat banyak. Coba cermati saja politisi-politisi muda yang berhasil meraup suara paling banyak. Sudah dipastikan mereka adalah anak seorang tokoh. Bukan Gen Z turunan biasa.
Tapi ingat, pantaskan dulu dirimu untuk cukup cakap dan arif layaknya negarawan. Berproseslah dengan fasilitas yang tersedia. Ingat pula, gunakan keberuntunganmu itu untuk kebaikan. Kamu harus berempati pada teman sebaya Gen-Z lainnya yang tak seberuntung kamu di dunia. Sebab jika tidak, keburuntunganmu akan mengundang petaka, rasa iri, dan tidak puas khalayak luas.
Bagi kamu Gen Z turunan biasa, jangan berkecil hati. Tetap ada peluang kok bagimu untuk mengubah nasib melalui dunia politik, meski pun hal itu tidak mudah. Asal kamu bersabar dan menempatkan politik sebagai investasi jangka panjang. Apa maksudnya?
Jadi ketika kamu berniat untuk terjun ke politik jangan langsung mencari suara rakyat. Tapi berkarir dulu di bidang apa pun, baik aktif di organisasi social masyarakat, wirausaha, maupun akademisi. Lalu jadikan karir tersebut sebagai “tabungan” atau batu pijakan untuk mengharumkan namamu dan menaikkan posisi tawar untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.
Coba tengok keberhasilan komedian Alfian Bustami (Komeng) yang memenangi Pemilu tanpa kampanye, mengeluarkan uang sepeser pun. Tapi beliau dapat memenangi suara terbanyak. Kok bisa? Ya, sebab komeng sudah punya investasi karir komedian dan aktifitas kemanusiaannya dalam waktu panjang yang berhasil mengharumkan namanya. Jadi, tirulah keberhasilan beliau.