Table of Content

BPDPKS, Wujudkan Sawit Berkelanjutan Melalui Riset dan Pendidikan


Dulu menjelang semester akhir perkuliahan, saya pernah memimpikan sektor pertanian menjadi lokomotif kemajuan manusia Indonesia melalui riset dan pendidikan. Potensi sektor tani Indonesia seharusnya cukup kuat untuk mendanai riset dan memberi beasiswa tani pada anak bangsa. Jadi tak hanya perusahaan teknologi, perbankan, atau energi saja yang bisa memberi CSR. Tapi apakah bisa?

Mungkin mimpi itu terasa aneh. Bagaimana tidak? Sektor tani selama ini masih dipandang sebagai sektor subsisten. Kaum tani sebagian besar masuk dalam kelompok marginal yang perlu ditolong. Bagaimana petani bisa memberi beasiswa atau mendanai riset sementara mereka belum bisa mensejahterakan dirinya sendiri?

Meski terasa mustahil, darah muda saya yang keras kepala coba memwujudkan mimpi tersebut. Saya coba bergabung dengan beberapa organisasi tani yang memiliki misi serupa. Saya pernah coba bertani pisang, nanas, sayuran, kemukus, maupun durian dengan harapan kelak buah ini dapat mendanai riset hingga memberi beasiswa pada masyarakat.

Lantas apa hasilnya? Faktanya, setidaknya menurut pengalaman saya, sangat sulit membawa sektor tani untuk dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Namun, asumsi saya tersebut dipatahkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

BPDPKS merupakan unit organisasi non-eselon di bidang pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit dan berada di bawah serta bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan. BPDPKS dibentuk dalam rangka melaksanakan amanat pasal 93 UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang perkebunan, yakni menghimpun dana dari pelaku usaha perkebunan, atau CPO Supporting Fund (CSF), untuk menudukung program kelapa sawit berkelanjutan. Salah satunya adalah riset produk sawit hingga beasiswa anak petani sawit.

Beasiswa SDM Sawit, Memajukan Pekebun dan Karyawan Sawit

Beasiswa sawit secara khusus diperuntukkan kepada petani atau keluarga petani hingga karyawan, anggota koperasi, maupun Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di pengolahan hasil perkebunan sawit. Program ini selaras dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4, yakni pendidikan berkualitas.

Menurut Annual Report BPDPKS 2022, BPDPKS telah memberi beasiswa kepada 4.265 mahasiswa sejak 2015 hingga 2022. Total dana yang telah disalurkan sebanyak Rp305,2 miliar. Pada 2023, kuota beasiswa yang diterima sebanyak 2000 orang dengan pendaftar mencapai 14 ribu orang.

Beasiswa BPDPKS bertujuan untuk memajukan SDM ekosistem produksi sawit baik mereka yang berprestasi atau kalangan tidak mampu. Pekebun yang berhak menerima beasiswa adalah mereka yang memiliki tanah maksimal 4 hektar karena dianggap masuk kelompok kurang mampu. Harapannya, mereka dapat menjadi SDM handal pekebun dan industri sawit yang berkelanjutan yang mampu mensejahterakan keluarga sekaligus memajukan perekonomian bangsa.

Adanya beasiswa SDM sawit sangat membantu. Misalnya kisah Fitra Fadhilla Yusuf, mahasiswa D2 Teknik Pengolahan Sawit Politeknik Kampar, Riau. Dalam wawancaranya bersama Tempo (07/10/23), Fitra mengutarakan cita-citanya menjadi mandor sawit.

Fitra adalah anak petani sawit. Ia telah membantu orang tuanya merawat sawit sejak Sekolah Dasar. Hal inilah yang membuat ketertarikannya pada komoditas sawit sehingga memantapkannya untuk mengambil kuliah pengolahan sawit.

Di kampus, Fitra disiapkan betul untuk menjadi SDM pekebun sawit handal. Ia diajari soal sawit dari hulu sampai hilir. Semua penerima beasiswa di berbagai jurusan memperoleh pelajaran tentang sawit sehingga mereka punya dasar-dasar ilmu sawit yang bisa diaplikasikan ke jurusannya masing-masing. Mereka juga dididik langsung oleh para praktisi dari industri sawit yang didatangkan sebagai dosen tamu.

Fitra mengaku sangat beruntung informasi beasiswa SDM Sawit BPDPKS ini sampai ke kampung halamannya di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Selain Fitra, temannya juga mendapat beasiswa BPDPKS di Jakarta.

Banyak sekali benefit yang diterima Fitra, mulai dari ongkos keberangkatan ke kampus dan kampung halaman baik jalur laut, udara, dan darat, lalu biaya hidup bulanan, uang baju, asuransi, asrama, hingga wisuda. Jadi, tak hanya gratis kuliah.

Tak hanya itu, penerima beasiswa BPDPKS juga berpeluang besar langsung mendapatkan pekerjaan. Sebab, kampus turut berperan aktif dalam menyalurkan para mahasiswa ke perusahaan-perusahaan yang telah bekerjasama. Tentu hal ini membuat Fitra senang, sebab keinginannya untuk segera bekerja dapat terealisasikan sehingga ia dapat membantu adik-adiknya sekolah.

Menebar Kebaikan Sawit Melalui Dana Riset

Sawit adalah komoditas strategis. Produk minyaknya menjadi tumpuan jutaan UMKM untuk menciptakan produk makanan terbaiknya. Belakangan ini, ditemukan lebih banyak lagi manfaat sawit selain produk minyak gorengnya. Ada banyak sekali produk turunan yang bisa dihasilkan dari sawit. Tentu ini menambah nilai strategis sawit.

Diketahuinya beragam manfaat dan produk turunan sawit tak lepas dari peran riset sawit. Penelitian dan pengembangan produk sawit memang diperlukan guna mewujudkan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan. Riset juga berperan membawa kabar baik agar masyarakat mengetahui manfaat sawit bagi kehidupan.

Kebutuhan akan riset sawit mendapat dukungan BPDPKS. Dukungan dana riset BPDPKS diberikan untuk berbagai penelitian dan pengembangan kelapa sawit baik dari sisi hulu maupun hilir. Cakupan sektor riset pun luas, meliputi bidang bioenergy, biomaterial & oleochemical, pangan & kesehatan, pengolahan & pasca panen, budidaya, lingkungan, hingga pemasaran.

Pada 2022, BPDPKS memprioritaskan pendanaan riset yang punya potensi komersial dan dapat dimanfaatkan langsung oleh industri. Salah satunya adalah reka cipta Bensin Sawit (Bensa) dengan RON 110 dan Minyak Makan Sehat. Selain bernilai ekonomis, produk ini juga dapat berkontribusi pada energi bersih. Dengan perkebunan sawit terluas di dunia, Indonesia berpeluang besar menjadi solusi masa depan bahan bakar ramah lingkungan, menggantikan energi fosil.

Setidaknya ada dua macam program riset BPDPKS. Pertama, Lombar Riset Sawit Tingkat Mahasiswa (LRSTM) yang digelar rutin tahunan untuk menarik minat generasi milenial untuk meriset sawit. Kedua, Grant Riset Sawit (GRS) yang terdiri dari jalur seleksi dan jalur inisiatif.

Eddy Abdurrachman, Direktur Utama BPDPKS saat diwawancara Tempo (25/10/23) menyampaikan bahwa Program GRS telah dilakukan sejak 2015. Hingga 2023, BPDPKS telah mendanai sebanyak 329 kontrak perjanjian Kerjasama dengan 88 Litbang dan melibatkan 1.202 peneliti yang tersebar di 19 provinsi.

Menurut Laporan Tahunan BPDPKS 2022, BPDPKS telah mendanai 279 riset dan menyalurkan dana riset total mencapai Rp501,2. Pada 2024, BPDPKS mentargetkan untuk mengembangkan sektor riil berbasis hasil riset sawit.

Tak dipungkiri, riset dan pengembangan SDM adalah jantung pembangunan industri sawit yang berkelanjutan. Tanpa keduanya, sawit Indonesia tak akan berkembang dan mensejahterakan mereka yang bergantung hidup pada komoditas ini. Tentu saja, kunci sukses di balik semua ini adalah peran BPDPKS.

Bagi saya pribadi, BPDPKS telah menjawab mimpi muda saya gagal saya wujudkan kala itu. Setidaknya kini saya kembali yakin, bahwa sektor tani bisa berkontribusi pada misi SDGs jika mereka meneladani langkah-langkah dari BPDPKS. Terimakasih BPDPKS!

Blogger.

Post a Comment