Peradaban
manusia lahir dari pertanian. Manusia bertani sejak mengenal manfaat pupuk dari
endapan lumpur sepanjang sungai Nil. Berkat pupuk, produktifitas tanaman pangan
meningkat signifikan.
Manusia bebas
dari kelaparan, bahkan mengalami surplus pangan. Kebebasan ini memungkinkan
manusia menciptakan peradaban. Populasinya meledak, membangun kerajaan,
menciptakan negara modern.
Tak
berlebihan, bila menyebut pupuk adalah sendi dan hulu kisah peradaban umat
manusia. Ketersediaan pupuk sangat menentukan nasib umat manusia. Sejarah telah
mencatat, umat manusia nyaris punah oleh bencana kelaparan dilanda keterbatasan
ketersediaan pupuk.
Selain
pangan, bumi juga terbatas dalam menghasilkan pupuk secara alami. Thomas
Malthus, pakar demografi dan ekonomi Inggris, pernah menyebut bahwa pertumbuhan
populasi dunia mengikuti barisan geometri, sedangkan kapasitas alam dalam
memproduksi pangan mengikuti barisan aritmatika. Berdasarkan ramalannya, bumi
diprediksi tak akan mampu lagi memberi makan seluruh manusia di masa depan.
Benar saja,
ada jutaan orang mati kelaparan di berbagai belahan dunia selama rentang abad
18-19 M. Kelaparan muncul akibat produksi pangan terganggu oleh beragam faktor,
mulai dari bencana alam, keterbatasan pupuk dan tanah, hingga gejolak politik
seperti Perang Dunia, penjajahan, tanam paksa, dan krisis demokrasi. Namun,
krisis politik seringkali dimotivasi oleh sumber pangan.
Menciptakan “Pupuk dari Udara”
Kabar
baiknya, ramalan Malthus bisa dilanggar. Keterbatasan alam bisa diatasi oleh
teknologi dan ilmu pengetahuan. Manusia tak perlu berebut tanah subur sebab
teknologi bisa membuat tanah gersang menjadi kebun surgawi.
Misalnya,
kita melakukan rekayasa genetic pada banyak tanaman liar yang semula tidak bisa
dimakan, seperti pisang liar, wortel, alpukat hutan dan sayuran. Berkat ilmu
pengetahuan, variasi pangan manusia menjadi tak terbatas. Sama halnya dengan
pupuk alami.
Kesuburan
tanah ditentukan oleh jumlah nitrat atau nitrogen tanah. Zat inilah yang kita
sebut pupuk. Nitrogen adalah unsur hara vital bagi tanaman, bahkan menjadi
tulang punggung seluruh jenis kehidupan di muka bumi. Sebab, nitrogen yang
diolah tanaman akan menjadi asam amino lalu diubah menjadi protein. Manusia dan
hewan membutuhkan protein untuk hidup. Mereka memperolehnya dengan memakan
tumbuhan.
Meski menjadi
inti kehidupan, ironisnya jumlah nitrat tanah cukup terbatas. Sebab, proses
alami terciptanya nitrat sangat tergantung pada peran mikroorganisme decomposer
yang mengurai material organic. Salah satu zat yang diurai adalah protein yang
kemudian diurai lagi menjadi asam amino, lalu ammonia. Zat ini kemudian diolah
oleh bakteri nitrifikasi yang mengubah ammonia menjadi nitrat tanah.
Selain
terbatasnya jumlah material organic, mikroorganisme tanah juga memerlukan waktu
cukup lama untuk membuat tanah penuh nitrat kembali. Kombinasi ini membuat
petani tradisional perlu mengistirahatkan tanah usai digunakan untuk bercocok
tanam secara intensif. Mereka pun bertani dengan cara berpindah-pindah lahan.
Pertanian
tradisional mungkin masih relevan saat manusia masih hidup dalam kelompok
kecil. Namun tidak efektif untuk mengimbangi kebutuhan pangan populasi manusia
di abad 20 yang telah meningkat secara eksponensial. Terlebih dengan masifnya
alih fungsi lahan hari ini dan kepemilikan tanah semakin menutup peluang untuk
becocok tanam dengan cara berpindah-pindah. Tentu tidak mungkin bagi petani
menunggu 5 tahun untuk menanam ladangnya kembali. Jika terlalu bertumpu pada
mekanisme alam, kita akan jatuh dalam krisis pangan.
Meski
terbatas dalam tanah, bumi sebetulnya memiliki stock nitrogen melimpah di
udara. Jumlahnya mencapai 78%. Ironisnya, tanaman tidak bisa memanfaatkan
nitrogen di udara secara langsung. Tanaman hanya bisa mengkonsumsi nitrogen
yang diproduksi mikroorganisme decomposer tanah.
Ketimpangan
inilah yang dijembatani oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya
diinisiasi oleh Ilmuwan bernama Fritz Haber. Ia menciptakan teknologi penangkap
nitrogen di udara, kemudian diikat menjadi senyawa ammonia, bahan pupuk atau
nitrogen. Cara ini kemudian diduplikasi oleh industri pupuk modern.
Industri
pupuk adalah kunci ketahanan pangan. Melalui teknologi, manusia bisa
“menciptakan pupuk dari udara” untuk mengatasi keterbatasan microorganism
decomposer dan material organic. Akhirnya, pupuk bisa diproduksi secara
melimpah, efisien, dan murah. Petani bisa menanam sepanjang waktu dan tak perlu
berpindah-pindah. Pangan pun melimpah, krisis pangan teratasi.
Pupuk Kaltim (PKT) Merawat Ketahanan Pangan Nasional
PBB menyebut
bahwa populasi penduduk dunia diprediksi mencapai 9,7 miliar jiwa pada 2050.
Angka ini menuntut kebutuhan pangan yang sangat tinggi. Jika tidak diantisipasi,
bukan mustahil kelak akan terjadi perebutan sumber pangan. Mengulang sejarah
kelam kelaparan global.
Mengantisipasi
ledakan penduduk 25 tahun mendatang sangat bertumpu pada industri pupuk modern.
Sebab, kunci ketahanan pangan terletak pada ketersediaan pupuk yang cukup
memenuhi kebutuhan pertanian nasional. Peran strategis inilah yang diemban oleh
Pupuk Kaltim (PT Pupuk Kalimantan Timur).
Pupuk Kaltim
adalah anak perusahaan Pupuk Indonesia (Persero). Perusahaan ini berdiri sejak
7 Desember 1977, dibangun di kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Kebetulan
di wilayah tersebut diberkahi dengan cadangan gas alam yang melimpah. Seperti
yang dibahas sebelumnya, gas alam adalah bahan baku pembuatan pupuk. Sebab itu,
keberadaan Pupuk Kaltim dapat mengolahnya menjadi produk bernilai tambah.
Pupuk Kaltim
memiliki pabrik pupuk terbesar se-ASEAN, menempati peringkat ke enam di kawasan
Asia Pasifik. Pupuk Kaltim adalah perusahaan berskala global, menjadi salah
satu produsen pupuk urea terbesar di Asia. Pupuk Kaltim memiliki produk utama
berupa Pupuk Urea, Amoniak, dan NPK untuk segmen pasar dalam negeri maupun luar
negeri.
Pupuk Kaltim
memiliki 13 unit pabrik yang berdiri di kawasan industri seluas 49 hektar. 5
pabrik di antaranya memproduksi amoniak dengan kapasitas 2,74 juta ton
per-tahun, lalu 5 pabrik memproduksi urea berkapasitas 3,43 juta ton per-tahun,
lalu 3 pabrik memproduksi NPK berkapasitas 300 ribu ton per-tahun.
Dengan
kapasitas produksinya, Pupuk Kaltim menjadi penopang utama ketersediaan pupuk
nasional. Pada tahun 2025, Pupuk Kaltim mampu memenuhi target produksi sebesar
6,4 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional yang mencapai 14,5 juta
ton berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) petani untuk
rencana tanam seluas 25,25 juta hektar (ha).
Pupuk Kaltim
membantu meringankan beban modal petani dengan menyediakan pupuk dengan harga
terjangkau, sesuai dengan ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang
ditetapkan pemerintah. Selain itu, Pupuk Kaltim juga mendapat jatah penyediaan
pupuk bersubsidi dengan kuota mencapai 1.139.021 ton urea, 370.742 ton NPK
Phonska, dan 147.798 ton NPK Kakao.
70% produksi
Pupuk Kaltim difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan 30%
sisanya diekspor ke berbagai negara untuk menambah profit perusahaan. Perolehan
laba Pupuk Kaltim dikelola secara produktif melalui pendirian pabrik baru di
Fakfak, Provinsi Papua Barat. Pabrik baru ini direncanakan dapat beroperasi
pada 2028 nanti.
Tujuannya
untuk mengembangkan kapasitas produksi dan mengolah sumber cadangan gas alam
yang melimpah disana menjadi produk yang bernilai tambah. Langkah yang diambil
Pupuk Kaltim sejalan dengan cita-cita hilirisasi yang digaungkan pemerintah
untuk menghentikan ekspor barang mentah. Selain itu, keberadaan pabrik baru
akan membuka lapangan pekerjaan di Fakfak.
Bagi Pupuk
Kaltim, 2050 sudah berada di depan mata. Tepat setelah 100 tahun Indonesia
Merdeka (2045), jumlah penduduk dunia akan meledak mencapai 10 miliar. Hal ini
tentu akan memicu problem ketahanan pangan. Padahal, pemerintah menempatkan
“Makan Bergizi Gratis” sebagai program utama nasional.
Problem ini
harus dimitigasi sedini mungkin dengan meningkatkan kapasitas produksi pupuk
nasional. Sebab ketahanan pangan adalah soal hidup-matinya suatu bangsa.
Sedangkan pupuk adalah sendi utama ketahanan pangan dan program unggulan
pemerintah.
Dari Pupuk, Menebar Dampak Luas Berkelanjutan
Manfaat pupuk
tak hanya berkontribusi pada terjaganya ketahanan pangan, namun juga memberi
dampak luas yang berkelanjutan. Misalnya, program-program tanggung jawab sosial
dan peduli lingkungan (TJSL) Pupuk Kaltim. Program ini merupakan realisasi visi
Pupuk Kaltim dalam membangun industi yang inklusif, sehingga kehadirannya
selalu memberi manfaat, bukan musibah.
Salah satu
manfaat yang diberikan adalah program Agrisolution. Melalui program ini, Pupuk
Kaltim membantu petani meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya. Dalam
program ini, petani mendapat pendampingan untuk melakukan praktik pertanian
berkelanjutan dengan penggunaan pupuk yang tepat, pengelolaan lahan yang
efektif, serta akses terhadap teknologi pertanian modern.
Program
sosial kemasyarakatan Pupuk Kaltim menyasar bidang kesehatan, ekonomi, dan
sarana-prasarana. Bentuk dukungan peningkatan kesehatan masyarakat diwujudkan
melalui pembangunan Klinik Sehat Dhuafa’, bekerjasama dengan Baitul Maal dan
Yayasan Rumah Sakit. Klinik ini memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat
kurang mampu, khususnya mereka yang belum memiliki BPJS, Jamkesos, maupun belum
terjaring oleh program pengobatan gratis. Selain itu, ada pula program
mengurangi angka stunting.
Pupuk Kaltim mengelola
dana sosialnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Bentuk
programnya beragam, mulai dari pemberian bantuan modal usaha di bidang produksi
maupun penjualan, hibah pembinaan untuk pengembangan Teknik produksi, manajerial,
dan pemasaran bagi pelaku UMKM, meliputi pedagang kecil, nelayan, dan petani.
Selain itu,
dana sosial juga digunakan untuk memberikan sarana-prasarana pendidikan,
program charity, pembangunan infrastruktur, capacity building,
empowerment, serta program bina lingkungan khusus masyarakat Bontang, kawasan
bufferzone, untuk meningkatkan kondisi sosial dan infrastruktur kehidupan
masyarakat.
Pupuk Kaltim
juga turut mengambil tanggungjawab dalam menjaga kelestarian alam. Bahkan, Pupuk
Kaltim memiliki visi untuk menjadi pelopor transformasi hijau industri
petrokimia berbasis gas alam. Realisasi visi ini diwujudkan salah satunya
dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) agar penggunaan
energi lebih efisien dan rendah karbon (dekarbonisasi) selama proses produksi.
Dampak luas berkelanjutan semakin mengukuhkan
peran vital pupuk dalam kehidupan bangsa. Apa pun yang terjadi di ekosistem
pupuk akan berdampak jauh lebih luas. Tidak hanya berdampak di industri pangan,
melainkan juga berpengaruh ke semua sendi kehidupan bangsa secara tidak
langsung.
Pupuk adalah sumber atau hulu kehidupan di muka bumi. Memperkuat ekosistem produksi pupuk adalah panggilan moral untuk merawat kehidupan dan peradaban tiada henti.
Referensi:
https://www.zenius.net/blog/biografi-fritz-haber/
